Kamis, 15 September 2011

huzaifa bin yaman @penjaga rahasia rasulullah

Kisah Sahabat Nabi:
Hudzaifah Ibnul Yaman,
Pemegang Rahasia
Rasulullah
REPUBLIKA.CO.ID, Hudzaifah
Ibnul Yaman lahir di rumah
tangga Muslim, dipelihara dan
dibesarkan dalam pangkuan
kedua orang tuanya yang telah
memeluk agama Allah, sebagai
rombongan pertama.
Oleh sebab itu, Hudzaifah telah
Islam sebelum dia bertemu muka
dengan Rasulullah. Setelah
Rasulullah hijrah ke Madinah,
Hudzaifah selalu mendampingi
beliau bagaikan seorang kekasih.
Hudzaifah turut bersama-sama
dalam setiap peperangan yang
dipimpinnya, kecuali dalam
Perang Badar.
Dalam Perang Uhud, Hudzaifah
ikut memerangi kaum kafir
bersama dengan ayahnya, Al-
Yaman. Dalam perang itu,
Hudzaifah mendapat cobaan
besar. Dia pulang dengan selamat,
tetapi bapaknya syahid oleh
pedang kaum Muslimin sendiri,
bukan kaum musyrikin. Kaum
Muslimin tidak mengetahui jika Al-
Yaman adalah bagian dari mereka,
sehingga mereka membunuhnya
dalam perang.
Rasulullah menilai dalam pribadi
Hudzaifah Ibnul Yaman terdapat
tiga keistimewaan yang menonjol.
Pertama, cerdas, sehingga dia
dapat meloloskan diri dalam
situasi yang serba sulit. Kedua,
cepat tanggap, berpikir cepat,
tepat dan jitu, yang dapat
dilakukannya setiap diperlukan.
Ketiga, cermat memegang
rahasia, dan berdisiplin tinggi,
sehingga tidak seorang pun dapat
mengorek yang dirahasiakannya.
Kesulitan terbesar yang dihadapi
kaum Muslimin di Madinah ialah
kehadiran kaum Yahudi munafik
dan sekutu mereka, yang selalu
membuat isu-isu dan muslihat
jahat. Untuk menghadapi kesulitan
ini, Rasulullah memercayakan
suatu yang sangat rahasia kepada
Hudzaifah Ibnul Yaman—dengan
memberikan daftar nama orang
munafik itu kepadanya. Itulah
suatu rahasia yang tidak pernah
bocor kepada siapa pun hingga
sekarang.
Dengan memercayakan hal yang
sangat rahasia itu, Rasulullah
menugaskan Hudzaifah
memonitor setiap gerak-gerik dan
kegiatan mereka, untuk mencegah
bahaya yang mungkin dilontarkan
mereka terhadap Islam dan kaum
Muslimin. Karena inilah, Hudzaifah
Ibnul Yaman digelari oleh para
sahabat dengan "Shahibu Sirri
Rasulullah (Pemegang Rahasia
Rasulullah).
Pada puncak Perang Khandaq,
Rasulullah memerintahkan
Hudzaifah melaksanakan suatu
tugas yang amat berbahaya.
Beliau mengutus Hudzaifah ke
jantung pertahanan musuh,
dalam kegelapan malam yang
hitam pekat.
"Ada beberapa peristiwa yang
dialami musuh. Pergilah engkau
ke sana dengan sembunyi-
sembunyi untuk mendapatkan
data-data yang pasti. Dan
laporkan kepadaku segera!"
perintah beliau.
Hudzaifah pun bangun dan
berangkat dengan takutan dan
menahan dingin yang sangat
menusuk. Maka, Rasulullah
berdoa, "Ya Allah, lindungilah dia,
dari depan, dari belakang, kanan,
kiri, atas, dan dari bawah."
"Demi Allah, sesudah Rasulullah
selesai berdoa, ketakutan yang
menghantui dalam dadaku dan
kedinginan yang menusuk-nusuk
tubuhku hilang seketika, sehingga
aku merasa segar dan perkasa,"
tutur Hudzaifah.
Tatkala ia memalingkan diri dari
Rasulullah, beliau memanggilnya
dan berkata, "Hai Hudzaifah,
sekali-kali jangan melakukan
tindakan yang mencurigakan
mereka sampai tugasmu selesai,
dan kembali kepadaku!"
"Saya siap, ya Rasulullah," jawab
Hudzaifah.
Hudzaifah pun pergi dengan
sembunyi-sembunyi dan hati-hati
sekali, dalam kegelapan malam
yang hitam kelam. Ia berhasil
menyusup ke jantung pertahanan
musuh dengan berlagak seolah-
olah anggota pasukan mereka.
Belum lama berada di tengah-
tengah mereka, tiba-tiba terdengar
Abu Sufyan memberi komando.
"Hai, pasukan Quraisy, dengarkan
aku berbicara kepada kamu
sekalian. Aku sangat khawatir,
hendaknya pembicaraanku ini
jangan sampai terdengar oleh
Muhammad. Karena itu, telitilah
lebih dahulu setiap orang yang
berada di samping kalian masing-
masing!"
Mendengar ucapan Abu Sufyan,
Hudzaifah segera memegang
tangan orang yang di
sampingnya seraya bertanya,
"Siapa kamu?"
Jawabnya, "Aku si Fulan, anak si
Fulan."
Sesudah dirasanya aman, Abu
Sufyan melanjutkan bicaranya,
"Hai, pasukan Quraisy. Demi
Tuhan, sesungguhnya kita tidak
dapat bertahan di sini lebih lama
lagi. Hewan-hewan kendaraan kita
telah banyak yang mati. Bani
Quraizhah berkhianat
meninggalkan kita. Angin topan
menyerang kita dengan ganas
seperti kalian rasakan. Karena itu,
berangkatlah kalian sekarang dan
tinggalkan tempat ini.
Sesungguhnya aku sendiri akan
berangkat."
Selesai berkata demikian, Abu
Sufyan kemudian mendekati
untanya, melepaskan tali
penambat, lalu dinaiki dan
dipukulnya. Unta itu bangun dan
Abu Sufyan langsung berangkat.
Seandainya Rasulullah tidak
melarangnya melakukan suatu
tindakan di luar perintah sebelum
datang melapor kepada beliau,
tentu ia akan membunuh Abu
Sufyan dengan pedangnya.
Hudzaifah Ibnul Yaman sangat
cermat dan teguh memegang
segala rahasia mengenai orang-
orang munafik selama hidupnya,
sampai kepada seorang khalifah
sekali pun. Bahkan Khalifah Umar
bin Khathtab, jika ada orang
Muslim yang meninggal, dia
bertanya, "Apakah Hudzaifah turut
menyalatkan jenazah orang itu?"
Jika mereka menjawab, "Ada,"
Umar turut menyalatkannya.
Suatu ketika, Khalifah Umar
pernah bertanya kepada
Hudzaifah dengan cerdik, "Adakah
di antara pegawai-pegawaiku
orang munafik?"
"Ada seorang," jawab Hudzaifah.
"Tolong tunjukkan kepadaku
siapa?" kata Umar.
Hudzaifah menjawab, "Maaf
Khalifah, saya dilarang Rasulullah
mengatakannya."
Walau demikian, amat sedikit
orang yang mengetahui bahwa
Hudzaifah Ibnul Yaman
sesungguhnya adalah pahlawan
penakluk Nahawand, Dainawar,
Hamadzan, dan Rai. Dia
membebaskan kota-kota tersebut
bagi kaum Muslimin dari
genggaman kekuasaan Persia.
Hudzaifah juga termasuk tokoh
yang memprakarsai keseragaman
mushaf Alquran, sesudah
kitabullah itu beraneka ragam
coraknya di tangan kaum
Muslimin.
Ketika Hudzaifah sakit keras
menjelang ajalnya tiba, beberapa
orang sahabat datang
mengunjunginya pada tengah
malam. Hudzaifah bertanya
kepada mereka,"Pukul berapa
sekarang?"
Mereka menjawab, "Sudah dekat
Subuh."
Hudzaifah berkata, "Aku
berlindung kepada Allah dari
Subuh yang menyebabkan aku
masuk neraka."
Ia bertanya kembali, "Adakah
kalian membawa kafan?"
Mereka menjawab, "Ada."
Hudzaifah berkata, "Tidak perlu
kafan yang mahal. Jika diriku baik
dalam penilaian Allah, Dia akan
menggantinya untukku dengan
kafan yang lebih baik. Dan jika aku
tidak baik dalam pandangan Allah,
Dia akan menanggalkan kafan itu
dari tubuhku."
Sesudah itu dia berdoa kepada
Allah, "Ya Allah, sesungguhnya
Engkau tahu, aku lebih suka fakir
daripada kaya, aku lebih suka
sederhana daripada mewah, aku
lebih suka mati daripada hidup."
Sesudah berdoa demikian, ruhnya
pun pergi menghadap Ilahi.
Seorang kekasih Allah kembali
kepada Allah dalam kerinduan.
Semoga Allah melimpahkan
rahmat-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar